Minggu, 23 Desember 2018

Ansatsu Kyoushitsu - Anime Yang Banyak Pesan Moral Untuk Anak Muda

Note: ini bukan review anime yang super lengkap, cuma cerita pribadi aja..... 



Ansatsu kyoushitsu atau Assassination Classroom ini sebenernya sudah lama, bahkan di acara cosplay sudah pernah lihat ada yang mengcosplaykan. Namun aku belum tergugah untuk baca komiknya ataupun nonton anime nya. Hingga baru-baru ini saya penasaran buat nonton.

Kisah school life fantasy ini ternyata banyak pesan moral. Apalagi yang masa puber nya dulu ga efektif kayak saya xD kurang nasehat, kurang pesan moral.

Koro sensei, mahluk kuning bertentakel mirip gurita ini tiba-tiba datang ke kelas 3-E Kunigigaoka menggantikan wali kelas mereka.




Dengan diajar oleh makhluk yang dianggap berbahaya itu, kelas 3-E juga menjadi kelas pembunuh yang punya misi harus bisa membunuh Koro Sensei ketika kelulusan, kalau tidak bumi akan diledakkannya hingga hancur. Siapa saja yang bisa membunuh Koro Sensei akan mendapatkan 10 Miliar Yen.




Namun Koro Sensei bukan makhluk yang mudah dibunuh karena memiliki kecepatan yang sangat tinggi. Keluar negeri cuma mau makan siang doang, nonton pertandingan bola atau beli sesuatu yang simple mudah aja buat dia xD

Koro Sensei digambarkan sebagai guru yang memahami muridnya satu per satu dan menerapkan pengajaran sesuai kemampuan dan potensi masing-masing siswa. Bukan yang mengajar sekelas sama rata caranya, ntar yang nggak paham cuma bisa nanya atau belajar sendiri di les-les an dan kalau tetep ga bisa disisihkan dilabeli bodoh. Bukan pula yang sekedar masuk kelas, kasih tugas baca halaman tertentu sendiri trus ditinggal nggak jelas. Yup, dia bukan guru gabut kayak gitu. (eeh setengah curcol ingat masa lalu nih?) Dan sebagai guru banyak nasehat dan cara belajar unik yang diberikannya kepada muridnya hingga saya yang nonton jadi terpukau.

Berkat metode belajar yang dia terapkan, kelas 3-E yang merupakan kelas buangan (udah gitu kelasnya ditaruh diatas gunung lagi...) mampu bersaing melawan kelas 3-A, plus punya skill bertarung dan membunuh karena misi membunuh koro sensei yang harus mereka lakukan. Yah, cerita sejenis ini yang dimana kelas buangan jadi sukses sudah pernah saya tonton dari dorama jepang, contoh gokusen, dragon zakura yang sudah pernah saya tonton.  Namun pesan moral yang beragam dari cerita ini bikin terus nonton lagi dan lagi sampai tamat season 2.

Andai aku tahu ini dan bisa merenungi ini waktu jaman puber dulu, mungkin aku tidak terlalu bingung dengan diri sendiri dan arah hidupku... 
Itu perasaan yang timbul ketika menonton anime nya. Lagi-lagi membuatku sadar masa puber, masa SMP seperti dalam cerita ini adalah masa pembentukan karakter seseorang, pemahaman seseorang atas dirinya sendiri dan keputusan untuk langkah kedepannya. Ketika gagal mendapatkan suatu pencerahan pada masa itu, hidup rasanya seperti boneka berjalan.... Siapa saya? kemana harus melangkah? adalah dua pertanyaan yang sulit dijawab oleh diri sendiri (aku pernah merasa begitu sih...tapi mungkin belum tentu orang lain merasa begitu)

Cukup menghibur menonton anime ini, pesan moral dapat, dan anime ini juga lucu kadang bikin ngakak. Ketagihan deh nonton maraton season 1 sampai 2. 

Sabtu, 22 Desember 2018

Hello Akhir Tahun 2018 dan Awal Tahun 2019

Akhir tahun sudah tiba, habis ini sudah menginjak tahun 2019. Umur juga sudah berubah lagi. Waktu cepat sekali berlalu....
Walau telah berdoa dan berharap agar kedepan semua masalah lancar, tetap harus dipersiapkan segala sesuatunya. 

Panik, kenapa waktu cepat berlalu? Apa yang terlewat untuk kulakukan? Apa yang terlewat untuk kupersiapkan?

Tau tau, aku yang masih suka anime, manga dan masih pengen cosplay ini sudah hampir bertumbuh menjadi ibu buat calon anak-anak tiriku. Tiada keterpaksaan yang kurasakan, karena sudah semacam panggilan alam. Memang sudah waktunya. Kita punya waktu sendiri-sendiri, namun di usia 29 tahun inilah waktu ku.

Ketika menikah adalah hal yang gampang atau dianggap gampang oleh sebagian orang, namun tidak buat ku. Aku terlalu pemilih? iya. Terlalu hati-hati? iya. Jadi nggak sebegitu ngurusi pandangan umum yang mulai mendesak kita untuk menikah di usia sekitar 24-26.

25 tahun belum jadi apa apa, gitu mau nikah? Ah kamu kan cewek, ngapain mikirin, itu ntar urusan calon suami mu.... gilak lah....pernah ada yang ngasih komentar begini ke aku.... Misal suami nya lagi kondisi dibawah gimana? cuma bisa nuntut suami? Jujur sekarang aku masih merasa belum sukses walaupun setidaknya sudah punya wacana kedepan. Sudah bukan lagi anak 25 tahun yang bingung dan tidak yakin dengan masa depan pekerjaannya. Namun, pernikahan kadang masih bikin keder, pertanyaan semacam apa aku bisa?

Pertanyaan yang ditanyakan ibu ketika aku bilang akan menikah adalah, siapkah kita jadi ibu? Siapkah privasi kita terganggu? Siapkah waktu nyantai kita habis karena harus ngurus suami dan anak?

Dan tambahan dari aku untuk diriku sendiri, seperti apa bentuk cinta ku pada pasangan yang akan ku nikahi? Apa lebay kayak sinetron? apa sekedar hasrat fisik semata? atau, rasa sayang terhadap seorang teman hidup? Atau opsi lain? berhubung yang berputar di kepala dan yang sering kusaksikan disekitar adalah 3 hal itu, aku jadi belum ada gambaran opsi lain. Menimbang nimbang, rasanya aku lebih suka dengan pikiran bahwa pasanganku adalah teman hidup dari pada dianggap belahan jiwa. Kalau nganggap belahan jiwa itu takutnya aku jadi lebay ga ketulungan.

Intinya, di tahun depan ini, banyak yang harus kupersiapkan, baik persiapan mental dan biaya. Harus mulai mencari pekerjaan yang fleksible. Tujuannya agar keinginan terpenuhi dan anak-anak nggak terlantar. Keinginan menjadi suatu kebutuhan batin apabila terlalu mengusik hati, jadi rasanya Masih kepikiran apa aku perlu lanjutkan pekerjaanku jadi home visit massage therapist yang seminggu 2x aja